KAJIAN ISLAM

Tafsir Al Quran dan Hadits Nabi

Hadits Nabi

Tiga Perkara yang Dapat Membinasakan Manusia

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan tiga perkara yang dapat membinasakan manusia. Kata Rasulullah, “Ada tiga perkara yang dapat membinasakan manusia (hamba), yaitu sikap bakhil yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani).

Tiga Perkara yang Dapat Membinasakan Manusia :

1. Sikap Bakhil atau Kikir

Allah langsung membinasakan orang-orang bakhil dengan hartanya ketika di dunia. Ini dialami  oleh umat-umat sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti yang dialami oleh manusia kaya raya bernama Qarun. Dengan harta kekayaan yang dimiliki, dia enggan bersedekah pada orang lain. Bahkan, dia bersikap congkak menganggap hartanya itu diperoleh dari kepandaiannya dalam bekerja. Namun, Allah Ta’ala akhirnya menenggelamkan Qarun dan seluruh harta miliknya karena kekikirannya. Allah berfirman dalam Alquran Surat Al-Qashshash : 78 yang artinya, “Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” Maka Allah Ta’ala memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134). Namun berbeda dengan masa umat Nabi Muhammad, orang yang kikir tidak dihukum sebagaimana Qarun mengalaminya.

Tetapi, Allah Ta’ala menjelaskan di dalam Alquran Surat Ali Imran : 180 yang artinya, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” Dalam hadits, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya. Kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.” Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini (Ali Imran: 180), sampai akhir hayat.” (HR. Bukhari). Maka jauhilah bakhil alias kikir. Sebab, bukan jalan keselamatan, namun sebaliknya justru jalan cepat menuju kebinasaan.

2. Mengikuti Hawa Nafsu

Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa yang mengikuti hawa nafsunya, maka hawa nafsunya itu akan membutakannya, menulikannya, menghinakannya dan menyesatkannya. Begitu buruknya mengikuti hawa nafsu, Allah Ta’ala sampai mengatakan bahwa mereka yang terpedaya olehnya dengan menggunakan kalimat telah mengambil hawa nafsu sebagai tuhannya. Maka jangan sekali-kali mengikuti hawa nafsu. Sebab, hal itu akan sangat membahayakan kehidupan kita.

3. Sikap Sombong

Orang yang membanggakan diri sendiri dan menganggap orang lain tidak mampu atau berada di bawahnya termasuk orang yang sombong. Siapa pun yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan maka pintu surga akan tertutup baginya. Dalilnya, Rasulullah bersabda,“Tidak akan dimasukkan ke surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sikap takabbur. Sebagaimana tidak akan dimasukkan ke neraka orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari keimanan.” (HR. Muslim). Maka jauhilah sifat sombong. Jauhi sifat Fir’aun, Abu Jahal dan Abu Lahab.Jika dibiarkan kita akan kehilangan akal sehat dan jati diri sebagai hamba Allah. (*)
—————————————————————————————————————————————–

Dilansir dari Masrawy, salah satu ajaran Nabi dijelaskan dalam salah satu hadist yang merupakan rambu-rambu bagi manusia terutama orang-orang yang beriman.  Hal ini dijelaskan oleh anggota Komite Tertinggi untuk Panggilan di Al-Azhar, Dr Ramadhan Abdel Razek, dalam suatu program yang membacakan salah satu hadits Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda :

عَنْ عبد الله بْنِ عُمَرَ رضي الله -عنهما- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليهوسلمم: “ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ، وَثَلَاثٌ مُنَجِّيَاتٍ، وَثَلَاثٌ كَفَّارَاتٌ، وَثَلَاثٌ دَرَجَاتٌ، فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ: فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ، وَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ: فَالْعَدْلُ فِي الرِّضَى وَالْغَضَبِ، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ، وَأَمَّا الْكَفَّارَاتُ: فَانْتِظَارُ الصَلَاةِ بَعْدَ الصَلَاةِ، وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ، وَنَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ، وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ: فَإِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلامِ، وَالصَلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ”

Artinya: Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara membinasakan, tiga perkara yang dapat yang menyelamatkan, tiga perkara yang dapat menghapus dosa dan tiga perkara yang dapat meninggikan derajat.”

“Tiga perkara yang membinasakan adalah kekikiran yang dituruti, mengikuti hawa nafsu, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri.”

“Adapun tiga perkara yang menyelamatkan adalah bersikap adil ketika marah dan ridha, sederhana dalam masa kefakiran dan kecukupan, dan takut kepada Allah SWT di kala tidak ada yang melihat dan terang-terangan.

“Adapun tiga perkara yang meleburkan dosa adalah menunggu sholat  setelah sholat, menyempurnakan wudhu di saat dingin, dan melangkahkan kaki menuju sholat jamaah.”

“Dan tiga perkara yang meninggikan derajat adalah memberikan makanan, menyebarkan salam dan menunaikan sholat malam di kala manusia tidur.”

—————————————————————————————————————————————–

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tiga perkara yang membinasakan seorang hamba. Beliau bersabda:

فَأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ: فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan; (1) kekikiran yang ditaati, (2) hawa nafsu yang diikuti, (3) seseorang meraja ‘ujub dengan dirinya.” (Hadits dishahihkan oleh Syaikh Albani Rahimahullah)

Tiga perkara ini hendaknya kita senantiasa untuk memeriksa apakah ada tiga perkara ini pada diri kita, saudaraku sekalian.

1. KEKIKIRAN YANG DITAATI

Kekikiran atau pelit yang melilit hati akibat cinta dunia yang berlebihan. Orang yang kikir hakikatnya dia tidak beriman akan balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila ia bersedekah. Padahal Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berjanji bahwasanya orang yang bersedekah pasti Allah akan gantikan dengan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Sedekah tidak mengurangi harta sama sekali. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda demikian.

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Tidaklah sedekah mengurangi harta.” (HR. Tirmidzi)

Ini janji dari Allah dan RasulNya. Maka orang yang pelit seakan ia tidak percaya dengan janji Allah, seakan dia menganggap kalau dia mengeluarkan hartanya dan berinfak dijalan Allah itu akan menjadikan dia jatuh miskin dan fakir. Padahal tidak demikian, justru kebalikannya.

Orang yang bersedekah, orang yang berinfak, mereka didoakan oleh dua malaikat agar diganti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa setiap hari dua malaikat turun, yang satu berkata:

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا

“Ya Allah, berikan ganti bagi orang yang berinfak.”

Yang satu lagi berdoa:

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Ya Allah binasakan harta orang yang pelit.”

Dia tidak sadar bahwasanya pelit itu hakikatnya merusak dan membinasakan hartanya.

Maka dari itulah berapa banyak orang-orang yang pelit kemudian mereka mudah terkena penyakit dengki. Berapa banyak orang-orang yang pelit bahkan sampai menumpahkan darah orang-orang yang ia dengki kepadanya.

Perkara pertama yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingatkan kepada ini, yaitu kekikiran yang ditaati. Seorang muslim yakin akan kehidupan akhirat. Seorang mukmin yakin bahwa kalau ia bersedekah, maka Allah pasti berkahi hartanya.

Oleh karena itu lihatlah para sahabat, mereka berlomba-lomba untuk bersedekah. Bahkan ada orang yang tidak memiliki harta, maka dia pergi ke pasar kemudian bekerja menjadi kuli di sana kemudian hasilnya ia infaqkan dan sedekahkan.

2. HAWA NAFSU YANG DIIKUTI

Yang kedua ini lebih berat lagi, saudaraku sekalian. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwasanya manusia yang paling sesat di dunia adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ

Siapakah yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS. Al-Qashash[28]: 50)

Orang yang mengikuti hawa nafsu, walaupun ia memiliki ilmu yang banyak tentang agama, ia tersesat jalan. Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang kisah Si Bal’am yang telah Allah ajarkan kepadanya ayat-ayatNya namun ia terlepas dari ayat-ayat Allah, ia tinggalkan ayat-ayat Allah demi untuk mendapatkan hawa nafsunya. Maka Allah mengatakan:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ‎﴿١٧٥﴾‏ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ…

Bacakan kepada mereka tentang kisah orang yang telah Kami ajarkan ayat-ayat Kami kepadanya. Lalu ia lepas dari ayat Kami, lalu setan pun mengikutinya dan jadilah ia orang-orang yang tersesat. Kalaulah Kami kehendaki, Kami akan memuliakan ia dengan ayat-ayat Kami, akan tetapi ia lebih condong kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya.” (QS. Al-A’raf[7]: 175-176)

Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang mengikuti hawa nafsu, mempertuhankan hawa nafsu, maka Allah sesatkan ia diatas keilmuan, Allah tutup mati hati, telinga dan matanya. Sehingga tidak lagi bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Allah berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ…

Bagaimana pendapatmu tentang orang yang mempertuhankan hawa nafsunya dan Allah sesatkan ia diatas keilmuan.” (QS. Al-Jatsiyah[45]: 23)

Ilmu yang banyak itu percuma dan tidak akan ada manfaatnya apabila pelakunya senantiasa mengikuti hawa nafsu.

Seorang yang mengikuti hawa nafsu dan beragama sesuai dengan hawa nafsu, orang seperti ini akan sulit kembali kepada kebenaran. Bahkan jika ditegakkan kepadanya 1000 dalil pun dia tidak akan pernah menerimanya. Karena yang ia ikuti adalah hawa nafsunya.

Maka kewajiban kita -saudaraku- untuk menundukkan hawa nafsu sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena sesungguhnya sebab utama kesesatan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ketika ia lebih mengedepankan hawa nafsu dan akalnya diatas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga agama dipermainkan sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya.

Maka orang yang menjadi hamba hawa nafsu tidak akan pernah bisa tunduk kepada Allah, dia tidak akan pernah bisa taslim kepada Allah, dia tidak akan mampu menghambakan dirinya kepada Allah secara sempurna. Untuk mengatakan sami’na wa atha’na adalah perkara yang paling berat baginya. Sehingga akhirnya ketika beragama ia pilah dan pilih sesuai dengan selera dan kepentingannya saja. Inilah orang yang paling sesat di dunia. Dia beragama sesuai dengan hawa nafsunya.

3. ‘UJUB

Seseorang merasa bangga dengan dirinya, bangga dengan hartanya, bangga dengan motor dan mobilnya yang mewah, bangga rumahnya yang megah, bangga dengan banyaknya amalan shalih.

Perkara ini -saudaraku sekalian- adalah perkara yang membatalkan amalannya, bila ia merasa ‘ujub dengan amalan shalih. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ

Kalaulah kalian tidak berbuat dosa, maka aku khawatir kalian ditimpa dengan perkara yang lebih berat dari dosa (yaitu) merasa bangga dengan banyaknya ibadah.” (HR Al-Baihaqi)

‘Ujub membatalkan amal, saudaraku sekalian. Seseorang yang merasa ‘ujub dengan kendaraannya, dengan hartanya, dengan dirinya, ia terancam diadzab dalam kuburnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بيْنَما رَجُلٌ يَمْشِي قدْ أعْجَبَتْهُ جُمَّتُهُ وبُرْداهُ، إذْ خُسِفَ به الأرْضُ

“Ketika seseorang berjalan dan ia merasa ‘ujub dengan rambutnya yang bagus dan pakaiannya yang indah, tiba-tiba Allah tenggelamkan ia ke dalam bumi.”

فَهو يَتَجَلْجَلُ إلى يَومِ القِيَامَةِ

“Dan ia terus diadzab sampai hari kiamat.”

Banyak di antara kita memiliki barang yang mewah, kita ‘ujub dengan barang tersebut. Ada orang yang punya motor yang sangat mewah dan mahal, kemudian ia mengendarainya dengan penuh rasa ‘ujub dan kesombongan, hakikatnya benda itulah yang akan menjerumuskannya ia ke dalam api neraka.

‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pernah merasa bangga dengan pakaian yang ia pakai, maka kemudian ‘Aisyah segera sadar, dibukanya pakaian itu dan segera diinfakkan dijalan Allah.

Demikian Salafush Shalih, saudaraku. Seorang muslim tak layak untuk merasa ‘ujub dan sombong dengan hartanya atau kelebihannya. Karena sesungguhnya semua itu adalah pemberian dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *